Selasa, 23 September 2014

BICARA

Terbesit aku lupa cara mencinta
Itu tidak ada kawan!
Kodrat manusia untuk saling bicara
Walau tanpa kata
Hei.. aku bilang mencinta!
Bicara tanpa kata bukan hanya bahasa
Bahasa tidak selalu lisan
Bicara mencinta adalah bicara hati
Adakah yang lebih umum dari “bicara hati”?
Kadang tersampaikannya tanpa makna
Kadang pun menjadi selalu
Haruskah aku ajarkan padamu
Tidak! Aku ajarkan pada hatimu
Mungkin hatimu sedang bisu? Atau telah bisu?
Bicaralah…
Lantunannya akan merdu walau serak
Sebab gendangnya adalah bagianmu sendiri
Bukan guru jika tak pandai..
Namun peka kah guru ketika bukan lantunan itu yang tertahan?
Gendangnya tuli! Ini akan rumit…
Maka mudahkanlah..
Sebab guru itu tingkat dari hidup yang menanti diraih
Bukan tentang pandai atau tidak peka
Tapi bersiap atau semakin mengulur senja
Hingga malam semakin dingin dan hati semakin kelu untuk bicara




Posted By: miel

BICARA

Rabu, 13 Agustus 2014

Banyuwangi bukan Air Harum

Apakah Banyuwangi?
Sebuah kota yang terletak paling timur di Pulau Jawa. Banyuwangi berasal dari kata banyu dan wangi. Dalam Bahasa Jawa, banyu berarti air dan wangi berarti harum.
Apakah Air Harum?
Air Harum adalah yang air yang berbau harum. Hehehe...
Meskipun ini di Banyuwangi, tapi air nya biasa saja, gak harum. Begitulah Banyuwangi bukan Air Harum. Wkwk
Ini adalah liburan pasca hari raya 2013 yang tidak terduga dan tidak terencana. Tiba-tiba saja rencana awal berakhir gagal, dan berakhir di Banyuwangi :D
Ini kedua kalinya perjalanan ke Banyuwangi. Setelah beberapa semester yang lalu telah berkunjung ke kota ini dalam rangka berkunjung ke Kawah Ijen. Perjalanan kali ini, bersama tiwi aluas mbakpeh. Dan untuk pertama kalinya dari kami berdua menumpang Kereta Api Mutiara Timur Malam dari arah Surabaya. 
1) BERANGKAT, Stasiun Surabaya Gubeng
Kereta berangkat pukul 22.00 dari stasiun Surabaya Gubeng. Sebelum sampai ke Gubeng, masih ada tour malam ke Sunan Ampel. Hehe. Iseng-iseng pengen pake hena di tangan, biar mirip orang India. Hoho..
Beginilah jadinya...













*Back to station
Kami menunggu kereta datang sambil sholat isya' di Mushola Stasiun. Terdapatlah beberapa mas-mas dengan carier super besar dan sepatu khusus mendaki. Terlihat mereka akan melakukan pendakian jauh. Dan ternyata mereka segerbong dengan kami dan denger2 turun di stasiun Banyuwangi Baru, yaitu stasiun paling ujung tempat pemberhentian terakhir kereta api ini. Menurut perkiraanku nampaknya mereka akan ke Gunung di Bali atau Lombok, Mungkin ke Gunung Agung di Bali atau ke Gunung Rinjani. Waaaw... Rinjani!
*back to trip
Aku duduk dengan mbakpeh di bangku 14 A dan B. Sebelum menginjakkan kaki ke dalam kereta, kami sempatkan berfoto di depan kereta. Hehe
Di dalam kereta pun, kami menyempatkan berfoto, kali ini dengan angel yang berbeda. Angel pengambilan foto diambil dari bagasi atas kereta, kan ada space gitu, jadi bisa naru kamera. Hehe
Tapi alhasik kita harus sedikit noleh ke atas deh.













Perjalanan cukup dingin apalagi pas sampe Jember. Oh My God, duingiiiin. Akhirnya uyel2an sama mbakpeh dengan berbagai pose. *ups
Sambil ngabisin cemilan dan ngobrol2. Lalu sampailah juga Stasiun Karang Asem tempat kami turun. Maktrel alias astril alias mak sekeluarga telah menanti disana. Alhamdulillah akhirnya sampai rumah emmak..

2) FIRST DAY, Rumah Maktrel
Kami sampai dirumah maktrel di Perumahan Villa Brawijaya depan Polresta Banyuwangi dan langsung menunaikan sholat Subuh. Lalu menunggu bapak ibu maktrel pulang dari pasar, kami nge-teh sambil nyemil. Tak lama, ibu datang membawa kepiting. Yeeeee....
Asik asik. Makan kepiting. Akhirnya kami membantu ibu memasak didapur. Kali ini memasak tumis kangkung dan kare kepiting. Ternyata teknik memotong kangkung berbeda diberbagai daerah. Disini, tangkai kangkung dipotong tipis sehingga lebih kecil dan banyak. Memasaknya pun dengan terasi, jadi tidak perlu menambahkan kecap. Yummmy... Sarapan menyenangkan. Seketika rumah sepi karena semuanya pergi berangkat kerja, dan kamipun seharian didalam rumah saja. Malam tiba, menu kali ini SEGO TEMPONG. Khas Banyuwangi ini disajikan dengan sambel mentah yang segar karena menggunakan tomat ranti dan jeruk serta kulupan bayam dan ditambah ikan asin. Sedaaaaap....
Malam tiba, menghabiskan waktu sebelum tidur dengan main kata bersambung dan semakin malam semakin ngawur. Hahaha
sapi - pita - tahu - hutan - tanduk - duk???
*tetooot... Kalah lu, ndro!

3)SECOND DAY, Rumah maktrel dan tante, Pantai Bedul
Habis sholat subuh, akhirnya kita membangkong sampe setengah 8 padahal kita sudah merencanakan berangkat jam8. Akhirnya seperti biasa, perjalanan molor. hehe..
Setengah 9, bis jurusan Jember sudah siap dan meluncur ke pertigaan benculuk. Setelah sampai, langsung oper angkot jurusan Purwoharjo dan berhenti di karetan. Disanalah tante alias pika akan menjemput kita. Lha kok dalam perjalanan ke Karetan, ternyata pika ada di pertigaan benculuk. Lhaa.. Akhirnya aku turun pasar Purwoharjo dan nemenin Pika naik motor. Tapi mampir Indomaret dulu, beli jajan sama kacamata ;D
Kan acaranya liburan pantai, masa gak bawa pelindung dari matahari. Yakaan..

















sampai rumah pika kita duduk manis dan minum sirup melon sambil nyemil. Terus masak-masak. Kita masak capjay pake kuah bakso, sedaap. hehe
Setelah sholat dhuhur, Beny datang dan kamipun berangkat ke Bedul. Perjalanan sekitar 15menit, sampailah kami di Bedul. Masuk, Kapal dan Parkir untuk 2 orang adalah 20.000. Kami disambut gapura Taman Nasional Alas Purwo.













perjalanan menuju dermaga melewati hutan mangrove dan sampailah pada kapal yang akan mengantar ke Pulau seberang tempat pantai bedul berada. Setelah sampai di pulau seberang, perjalanan masih berlanjut dengan berjalan kaki selama 15menit. Jika beruntung, akan ada monyet-monyet kecil sepanjang perjalanan. Yah.... Sampailah pada pantai dengan pasir putih dan ombak yang bergemuruh. Mulailah kegiatan pantai, berfoto ria, menulis di pasir, duduk manis menatap luasnya laut selatan. Lelah berhahahihi maka bekal pun memulai tugasnya. Cemilan-cemilan mulai pindah tempat, kok tiba-tiba aja udah jam 4. Bergegas kembali ke dermaga sambil kembali bersambung kata. Kali ini bertambah personil bersama pika, beny, dan iqbal adik beny. Sambil melihat beberapa monyet berlalu lalang, bermain sambung kata selesai di dekat dermaga karena beny berhenti di "TIH" dari hitam putih. Hehehe
Kembali  kami menumpang kapal dan segera kembali karena belum menunaikan sholat. Tiba kembali di rumah Pika dan berminat membawa kaos Banyuwangi berwarna hitam. Makan malam pun berlalu dan kantuk mulai menyerang. Tapi aku dan tiwi duduk manis di teras rumah sambil mengobrol dan menatap bulan. Haha.. Dengan hembusan angin sawah, nyayian tokek dan dinginnya Purwoharjo. Pukul 22.00 mulai terasa berat di mata maka kembali ke dalam rumah dan matikan lampu lalu tarik selimut.
Zzzzzz...

4)THIRD DAY, Rumah Pika, Red Island, Rumah Beny dan Iqbal, Rumah Maktrel lagi
Pagi-pagi kami bersiap-siap menuju Red Island alias Pulau Merah. Berangkat sekitar pukul 09.00 dan melalui perjalanan panjaaaaang. Kali ini kami membawa 2 motor, pika dan tiwi dengan matic mamanya pika dan aku sama maktrel dengan motor pika. Tapi beruntunglah perjalanan kali ini melewati jalan kecil alias jalan perkampungan sehingga bisa sedikit santai. hehe. Perjalanan sekitar sejam lebih, kami mulai masuk kawasan desa. Sepanjang jalan terasa aroma kemerdekaan, penuh dengan merah putih. Tapi arah perjalanan ini sangat terasa menuju pegunungan, ini pika gak salah jalan kan.. Ternyata memang beginilah perjalanannya. Penuh kejutan. Setelah melewati Plang hijau bertuliskan Pulau Merah dan gambar anak panah ke atas, kami yakin tidak lama lagi sudah sampai. Benarlah, di pelataran sebelum Pantai sudah hadir mbak-mbak menarik Dana Retribusi Kebersihan, cukup 3rb saja. Kami mulai mencari spot parkir yang rendah pasir. Setelah memilih tempat yang dirasa cocok, kami parkir dan menggelar alas dibawah naungan pohon yang rindang. Emmak dan Mbakpeh berlarian menuju pantai sambil terus mengambil gambar bagai menyambut kekasihnya yang telah lama pergi (read: Bang Toyib). Aku dan Pika merebahkan punggung di atas alas berpasir sambil menikmati cerahnya Pantai Pulau Merah sambil sesekali mengambil gambar. Ternyata Pulau Merah ini ya ini, tidak perlu menyeberang lagi. Entah kenapa namanya bukan Pantai Merah saja. Hehe. Mungkin karena dari pantai terlihat gugusan pulau-pulau kecil yang tidak terlalu jauh. Pasirnya memang putih, tapi terlihat dari kejauhan agak kemerahan. Ombaknya berdebur menghantam bibir pantai dengan mesrah. Terlihat kuat dan gagah yang membuat banyak papan selancar tertarik berada di atasnya. Jajaran pulau kecil menjadi ciri khas pulau merah. Sungguh penuh pesona!
Lelah berfoto, tiba pukul 11.30 yang artinya waktunya makan siang. Bekal kami kali ini adalah omelet mie, jamur goreng, tahu goreng dan ayam goreng. semuanya digoreng, eseng eseng eseng..
Makan siang yang nikmat sambil dikipas-kipas angin pantai. Perut telah kenyang, mulut mulai gelisah. Maunya ngomong aja! Akhirnya iseng-iseng kami bernyanyi sambil merekam dengan kamera handphone. Pukul 12.30 kami bergegas dan langsung menuju Rumah Beny. Di tengah perjalanan kami singgah di masjid untuk membersihkan diri dan beribadah lalu langsung saja meluncur ke arah Jajag, rumah Beny. Sampai rumah Beny sekitar pukul 14.30, tak terasa 2 jam perjalanan setelah meninggalkan Pulau Merah. Beruntunglah makanan khas Banyuwangi kembali tersaji, RUJAK SOTO. Hehe. Panganan ini terpisah antara rujak khas Banyuwangi dan soto. Menurut orang Banyuwanginya, bedanya soto dan rujak yang pada akhirnya akan dicampur ini adalah soto yang tersaji biasanya adalah soto babat dan rujaknya tidak terlalu banyak petis. Setelah dicampur, kekuatan rasa kedua masakan ini melebur dan menimbulkan sensasi rasa yang berbeda di lidah. Usai menikmati rujak soto, kami memulai obrolan ringan yang mengantarkan pada salam pamit alias mau pulang. Karena aku, tiwi dan mak akan langsung kembali kerumah mak yang jaraknya tidak sebentar dan dikhawatirkan akan kemalaman di jalan. Kami pulang menuju arah Pertigaan Benculuk dan sampai sekitar pukul 16.00 lalu menurunkan mbakpeh dan mak. Aku dan Pika kembali kerumah pika untuk mengembalikan 1 motor dan Pika kembali mengantar ke Pertigaan.Benculuk. Cukup rumit memang, tapi beginilah adanya. Sampai kembali di Pertigaan Benculuk pukul 17.10 dan langsung menanti Bus menuju rumah emak. Bus Kuda Laut seperti yang awal kami tumpangi telah datang. Kami duduk di kursi paling belakang agar ada space buat sembujung. Sampai di terminal Karangente kami sudah dijemput papinya maktrel dan melenggang menuju rumah. Setelah membersihkan diri dan makan malam, kegiatan selanjutnya adalah goreng jamur. Yummmy.. Dan didapatlah pengalaman bahwa menggoreng dengan telor bebek sangat lebih berasa telor dan menurutku itu (maap) enek. Lalu kami melihat kembali hasil jepretan di Pulau Merah dan satu persatu mulai berlayar ke Pulau Kapuk.
Zzzzz

5) FOURTH DAY, Masih Rumah Emak, Pantai Watu Dodol, Toko Sherly
Keberangkatan yang direncanakan pukul 8 pagi nampaknya sedikit gagal lagi gegara kesiangan. Nampaknya kelelahan hari kemaren tak kunjung usai saat dijemput pagi. Sekitar setengah 9 kami berangkat menuju Pantai Watu Dodol, ke arah pelabuhan Ketapang, tempat penyeberangan menuju Pulau Bali. Tak disangka tepat di depan gapuran Terminal Ketapang, mobil yang kami tumpangi mengalami sedikit gangguan. Sehingga aku, mak dan mbakpeh menaiki angkot untuk mencapai tempat sedangkan bapam ibunya maktrel menanti Sang Penyelamat. Sebenarnya tidak enak hati meninggalakan pasangan bapak ibu ini, tapi maktrel bilang bapak ibunya gakpapa dan akan menanti disini karena diperkirakan akan memakan waktu cukup lama. Kami tiba di Watu Dodol hanya dalam kedipan mata, yah kurang lebih 30-50 kedipan lah. Hehe. Ternyata watu dodol itu ada batu guede di tengah jalan dan disebelahnya ada pohon sehingga mirip pikulan dan dodol. Didepan batu ada pating gandrung gede, penari gandrung khaa Banyuwangi. Untuk mencapai pantai yang sesungguhnya kami naik angkot lagi, dan sampai di gerbang utama. Sesampai di sana ternyata ombak sedang besar sehingga perahu tidak beroperasi. Akhirnya kami duduk manis di gazebo tepi pantai sambil menikmati degan langsung dari buahnya, untung bukan dari pohonnya. Kami pun dibuai dengan deburan ombak selat bali dan udara pantai yang sepoi.menenangkan. Tidak lama kemudian, bapak ibu maktrel telah tiba dan bergabung menikmati degan dengan daging buah yang belia.
Karena memang tidak bisa keliling naik perahu, kami memutuskan kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang tidak terasa mata mulai mengatup perlahan. Terasa kantuk menyerang begitu sadis hingga sesekali kami tertidur. Dan benarlah, sampai di rumah kami langsung terlelap. Sore membangunkan kami yang kelelahan dan ternyata juga kelaparan. Tanpa ampun kami habiskan sepiring sajian sore itu dan bertahan sampai malam. Hehe. Selepas magrib, aku dan maktrel menuju toko sherly, tempat membeli oleh-oleh. Beberapa bagiak dan sale pisang telah terkantong. Kami kembali ke rumah dan disambut acara X Factor. Hehe. Hingga jarum jam semakin ke atas, kami pun mulai mengantuk dan eng ing eng...
Zzzz

6) LAST DAY, Stasiun Karang Asem
Hari ini kami harus meninggalkan Banyuwangi. Tiket kereta Mutiara Timur Siang telah siap, tinggal menanti penumpang duduk manis di dalam kereta. Kami diantar bapak ibu maktrel ke stasiun. Dalam perjalanan menuju stasiun, terdapat wejangan bahwa sebagai wanita, apapun yang terjadi kita harus bisa bekerja sendiri sehingga kelak kita harus mampu meyakinkan suami bahwa kita harus bekerja. Lha sekolah susah-susah terus mau dibuat apa? Begitulah kira-kira isi wejangan dari ibu maktrel. Sampai di stasiun dan berpamitan, kami berangkat masuk ke dalam peron dan menanti kereta datang.













Kami duduk segerbong tapi tempat duduknya terpisah karena maktrel membeli tiket terlebih dahulu. Tapi tetap saja kami duduk bertiga, itu artinya tempat duduk yang seharusnya berisi 2 orang jadi overload. Tapi mungkin karena postur yang kecil-kecil maka muatlah kami berada bertiga di sana. Hehe. Perjalanan ini melewati gunung kumitir dan memang membuat takjub, pemandangannya dan lika liku rel nya. Apalagi ketika melewati 2 terowongan. Terowongan pertama cukup panjang, melewatinya menempuh kurang lebih 65 detik dengan kecepatan kereta api mutiara timur siang. Sedangkan terowongan kedua panjangnya 15 detik saja. Sampailah kami di Jember lalu Lumajang dan Probolinggo. Yap.. Di sinilah kami berpisah dan mengakhiri perjalanan liburan di Banyuwangi. Tapi perjalanan hidup kami masih berlanjut guys, setidaknya setelah profesi tahun depan kami akan melancong kembali :D

Selasa, 22 Juli 2014

Bulan penuh Berkah

Alhamdulillah bertemu kembali dengan bulan penuh berkah...
Marhaban ya ramadhan..
Tahun 2014 ini, tahun-tahun terakhir menjadi mahasiswa keperawatan, menikmati Bulan Suci ini juga dengan hal-hal berbau perawat. Bagaimana tidak, stase terakhir di praktek profesi ini bertepatan dengan bulan ramadhan. Kali ini praktek profesi yang menutup perjalanan panjang 2 semster profesi ini adalah keperawatan anak, praktek yang disesuaikan dengan peminatan masing-masing mahasiswa tapi akan tetep tidak sesuai jika kuota penuh alias ada yang terlempar keluar peminatannya. Begitulah bahwa memang hidup adalah pilihan, tapi bukan hanya itu karena kadang hidup akan dipilih dan terpilih...
Semoga tahun depan, ramadhan penuh berkah mampu terlewati dengan kegiatan baru..
Entah apa yang akan dilakukan setelah lulus profesi nanti...
Semoga bulan penutup yang bertepatan dengan bulan penuh berkah juga menjadikan jalan selanjutnya penuh keberkahan. Aamiiin

gambar didapat di sini

Kamis, 06 Februari 2014

Hal

Suatu hal terjadi lagi setelah musim banyak berlalu,
Hal yang mengacaukan segala sistem,
Sederhana nampaknya,
Namun menyusur terlampau dalam,
Walau tak luas..
Hal itu bukanlah definisi,
Maka tak ada artian dari apalah yang terjadi setelah kemarau panjang,
Hal yang mengerti,
Memahami setiap lekukan kecil yang kadang samar,
Dan hal...
Dimana segala hal terusik oleh suatu hal..
Aku temukan kembali hal itu..
Posted By: miel

Hal

Follow Us

About Us

Advertisment

Like Us

© just me... All rights reserved | Theme Designed by Blogger Templates